Topics :

Latest Post

7 Tips agar Anak Senang Mendengar Dongeng Anda

Written By Unknown on Selasa, 07 Mei 2013 | 08.00

Baik untuk tujuan menghibur maupun menyampaikan materi pelajaran, orangtua dan guru bisa mulai mendongeng dengan ide-ide yang diperoleh dari lingkungan sekitar anak-anak. Mendongeng mudah dilakukan dengan mengandalkan kreativitas dan improvisasi.

Pendongeng Awam Prakoso membagikan sejumlah tips agar orangtua dan guru bisa mendongeng dengan kreatif dan anak-anak bisa menerimanya dengan senang. Anak-anak sebagai penonton perlu diupayakan siap untuk menerima pesan dari sebuah cerita.

1. Posisi perlu diperhatikan. Jika anak sedang bermain, sebaiknya tidak diganggu. Pasalnya, bermain bagi anak-anak itu tidak main-main. Mereka serius. Jadi pilihlah posisi mendongeng yang pas. Seperti sebelum tidur, atau jelang makan, biasanya menemani agar mau disuapi.

2. Upayakan vokal dan ekspresi lucu dengan cara membiasakan mengatur vokal yang lucu yang disukai anak-anak. Meniru suara binatang, suara gerak, dan lain-lain dapat mencuri perhatian anak-anak. Keluarkanlah suara dengan total. Bukan dengan berteriak-teriak, melainkan dengan vokal yang diupayakan mirip dengan tokoh cerita dalam dongeng.

3. Siapkan alat peraga. Siapkan alat peraga agar anak-anak melihat ekspresi dan gambaran cerita dengan kemampuan visualnya. Jangan salah, makanan camilan pun dapat dijadikan alat peraga. Awali dengan teknik tebak-tebakan, misalnya lagu, serta permainan, atau kombinasi semuanya.

4. Tenang. Usahakan santai dalam membawakan cerita dapat membuat anak-anak gampang menerima pesan cerita.

5. Improvisasi ketika sudah hafal dengan cerita. Misalnya, lupa nama tokoh yang digambarkan sebagai seekor kelinci. Kita dapat improvisasi dengan memberi ciri-ciri kelinci, misalnya dengan menuturkan, "Di sebuah hutan, ada hewan yang... Hmm hewan apa ya yang suka meloncat-loncat, dan telinganya panjang?". Anak-anak tentu akan menyambutnya dengan teriakan "Kelinciiii!". Improvisasi dalam bentuk pertanyaan akan membuat interaksi dengan anak sebagai penyimak.

6. Melibatkan anak dalam satu sampai dua adegan. Ini sangat dianjurkan agar tidak monoton. Dengan jalan memberikan interaksi, anak tidak hanya berperan sebagai penonton, tetapi juga kadang obyek.

7. Bijaksana. Menyampaikan dongeng tidak sama dengan menyampaikan cerita umum. Ada anak-anak yang perlu penanganan lebih lanjut, misalnya untuk anak berkebutuhan khusus, penyampaiannya tidak seragam dengan anak-anak lainnya..

Pria yang akrab dipanggil Kak Awam ini mengungkapkan bahwa pendongeng, yaitu orangtua dan guru, tak perlu tergesa-gesa berharap anak bisa mengerti semua yang diceritakan. Namun, menurutnya, satu atau dua nilai yang disampaikan melalui cerita mampu mengubah perasaan dan pola pikir anak.

Komunikasi antara orangtua atau guru dan anak, lanjutnya, dibangun melalui media cerita. Cerita tidak hanya sanggup mengusir rewel dan suasana hati anak yang gundah, tetapi juga mampu membentuk karakter wawasan dan pola pikir anak secara kreatif.

Manfaat Cerita Dongeng Anak-anak Bagi Perkembangan Buah Hati Kita

Written By Unknown on Senin, 06 Mei 2013 | 17.56


dongeng anak-anakKata mendongeng pastinya tidak asing lagi ditelinga kita. Tetapi eksistensi kegiatan mendongeng ini cenderung makin memudar karena dimakan oleh usia. Padahal terdapat banyak sekali keuntungan bagi anak-anak kita jika mereka mendapatkan dongeng. Perlu kita ketahui bahwa dongeng anak-anak sangat berguna meskipun pada praktiknya kita mempunyai banyak sekali halangan seperti perasaan lelah setelah bekerja dan menganggap mendongeng untuk anak menjadi sangat merepotkan. Padahal manfaat dongeng untuk anak sangatlah banyak seperti merekatkan hubungan orang tua dengan anak dan mendongeng juga bisa membantu mengoptimalkan perkembangan psikologis dan kecerdasan anak secara emosional. Masih ada lagi manfaat lainnya yang akan diuraikan dibawah ini:

 Mengembangkan Daya Imajinasi Anak

Perlu kita ketahui bahwa dunia anak adalah dunia imajinasi. Jadi anak mempunyai dunianya sendiri dan tak jarang mereka berbicara denga teman khayalannya. Dengan daya imajinasi yang masih sangat bagus ini, maka kita sebagai orang tua harus bisa mengarahkannya kearah yang positif dan tetap terkontrol. Dengan dongeng anak-anak maka inilah cara terbaik untuk mengarahkan mereka kearah yang baik.

 Meningkatkan Keterampilan dalam Berbahasa

Dongeng merupakan stimulasi dini yang mampu merangsang keterampilan berbahasa pada anak-anak. Perlu kita ketahui bahwa cerita dongeng anak-anak mampu merangsang anak-anak terutama anak perempuan dalam meningkatkan keterampilan berbahasa mereka. Hal ini dikarenakan anak perempuan lebih fokus dan konsentrasi daripada anak laki-laki. Kemampuan verbal adalah kemampuan awal yang dimiliki anak-anak dan inilah mengapa otak kanan mereka lebih berkembang dan ini juga yang menyebabkan mereka lebih terlatih dalam berbahasa. Kisah-kisah dongeng yang mengandung cerita positif tentang perilaku dan sebagainya membuat anak-anak menjadi lebih mudah dalam menyerap tutur kata yang sopan.

 Membangkitkan Minat Baca Anak

Jika ingin memiliki anak yang mempunyai minat baca yang baik, maka mendongeng adalah jalan menuju hasil tersebut. Dengan memberikan cerita dongeng anak-anak, maka anak-anak akan tertarik dan rasa penasaran ini membuat mereka ingin mencari tahu. Inilah dimana keinginan untuk membaca menjadi semakin meningkat. Dengan membacakan buku cerita yang menarik kepada anak adalah cara paling mudah yang bisa kita lakukan.

 Membangun Kecerdasan Emosional Anak

Mendongeng kepada anak bisa membangkitkan kecerdasan emosional mereka dan ini juga sarana hebat yang mampu merekatkan hubungan ibu dan anak. Sperti yang kita tahu bahwa anak-anak mempunyai kesulitan dalam mempelajari nilai-nilai moral dalam kehidupan. Dengan dongeng anak-anak maka kita bisa memberikan contoh melalui tokoh dalam cerita yang kita dongengkan. Dongeng anak-anak akan membangtu anak dalam menyerap nilai-nilai emosional pada sesama. Tidak bisa dipungkiri bahwa kecerdasan emosional juga penting disamping kecerdasan kognitif. Kecerdasan emosional sangat penting bagi kehidupan sosial mereka kelak.

 Membentuk Rasa Empati Anak

Melalui stimulasi cerita dongeng anak, kepekaan anak pada usia 3-7 tahun akan dirangsang mengenai situasai sosial disekitar mereka. Dengan metode dongeng untuk anak ini maka mereka akan belajar berempati terhadap lingkungan sekitar. Stimulasi yang akan lebih berhasil adalah dengan merangsang indera pendengarannya. Penting bagi kita memberikan stimulasi ini untuk memberikan mereka bekal yang baik untuk masa depannya. Dengan cerita-cerita dongeng yang mendidik, maka anak akan dengan mudah menyerap nilai positif yang akan menjadikan mereka anak yang berempati dengan orang lain.

Sumber : Bidanku

Mendikbud Kurangi Jumlah Sekolah Pelaksana Kurikulum 2013

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, M. Nuh (inet)Maraknya protes kepada Mendikbud atas keinginannya untuk mengimplementasikan Kurikulum 2013 yang terkesan seakan dipaksakan untuk dilaksanakan pada tahun ini melahirkan suatu kebijakan yang tanggung dalam 
 
pelaksanaannya. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) menerbitkan data terbaru jumlah sekolah pelaksana Kurikulum 2013. Dari data tersebut diketahui adanya pengurangan jumlah sekolah, guru, maupun siswa.
 
“Kita kurangi besar kendaraan yang akan ditumpangi, ilustrasinya seperti itu. Untuk itu, harus kita matangkan dan mantapkan betul. Jangan sampai kita tidak realistis dalam arti tidak mempertimbangkan faktor-faktor eksternal,” kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Mohammad Nuh, Jakarta, Senin (6/5).

Mendikbud mengatakan, penetapan jumlah sekolah pelaksana tersebut dilakukan tidak hanya berdasarkan pertimbangan akademik, tetapi juga ada pertimbangan-pertimbangan eksternal, yaitu variabel kesiapan. Salah satu kriteria sekolah yang diprioritaskan untuk menjalankan kurikulum ini adalah sekolah eks-RSBI dan sekolah dengan akreditasi A.

“Sekolah itu variabelnya lebar, dan orang ingin mendapatkan rasio keberhasilan yang tinggi. Oleh karena itu, kita rumuskan variabel kesiapan,” terangnya.

Mendikbud menjelaskan, pengumpulan data jumlah sekolah, siswa dan guru menggunakan beberapa instrumen. Data-data siswa diperoleh dengan menggunakan instrumen Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang berbasis siswa. Sedangkan guru dan sekolah dengan menggunakan Data Pokok Pendidikan (Dapodik).
Pemilihan sekolah juga mempertimbangkan jarak lokasi dari bandar udara terdekat. Karena proses distribusi logistik mempunyai peran besar dalam menjamin pelaksanaan kurikulum 2013. Oleh karena itu, basis

pemilihan sekolah pun tidak lagi berbasis kabupaten/kota, melainkan berbasis provinsi. “Jadi dimungkinkan tidak semua kabupaten kota ada (sekolah pelaksana Kurikulum 2013 – red),” ungkap Mendikbud.
Kemdikbud sendiri telah memiliki sistem yang bisa melihat lokasi sekolah, yang telah diintegrasikan dengan sistem google earth. “Kita sudah punya sistem monitoring di monitoring room. Kita tahu dimana lokasi sekolah, berapa jarak dari bandara, itu untuk mempertimbangkan distribusi logistik. Kita sudah sensus koordinat sekolahnya berapa,” jela M. Nuh.

Secara rinci Mendikbud, Mohammad Nuh menjelaskan, untuk Sekolah Dasar (SD) Kurikulum 2013 akan dilaksanakan di 2.598 sekolah, melibatkan 15.629 guru, dan 341.630 siswa. Untuk SMP akan dilaksanakan di 1.521 sekolah, melibatkan 27.403 guru, dan 342.712 siswa. Sedang untuk SMA, Kurikulum 2013 akan dilaksanakan di 1.270 sekolah, 5.979 guru, dan 335.940 siswa. Dan untuk SMK, dilaksanakan di 1.021 sekolah, 7.102 guru, dan 514.783 siswa.

Sumber: dakwatuna. com

Investigasi Ujian Nasional Di Umumkan Seusai Ujian Nasional

Hasil investigasi Ujian Nasional (UN) yang berasal dari Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tidak akan dipublikasikan dalam waktu dekat.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh, menyatakan hasil investigasi Ujian Nasional (UN) akan diumumkan setelah UN selesai. Alasannya,laporan tim investigasi dari Inspektorat Jenderal (Irjen) tidak serta merta dapat dilaksanakan.

"Hasil investigasi kasus UN dari Inspektorat Jenderal itu tidak bisa serta merta langsung dilaksanakan. Sebab pelaksananya ada BSNP, Balitbang, Pemerintah Daerah dan lain-lain. Sedangkan UN ini kan belum rampung," kata M Nuh di akarta, Senin (6/5).

Saat Media Indonesia mempertanyakan adanya desakan publik dan aktivis LSM bahwa lamanya proses publikasi hasil investigasi itu akan terkontaminasi.

"Kalau mereka khawatir laporan Irjen Kemendikbud menjadi terkontaminasi berarti tidak percaya sama saya. Irjen kan masih dilingkungan kami. Ya jangan di adu-adu lah, sebab kami kan satu tubuh," jelas M Nuh

Tips Meningkatkan Gairah Belajar Pada Anak SD


Cara Meningkatkan Gairah Belajar Pada Anak Sekolah Dasar

1. Memberi Bintang
Bintang merupakan salah satu simbol penghargaan yang diberikan kepada anak didik dari aktigitas belajarnya. Bagi peserta didik yang menonjol dalam salah satu bidang atau kedisiplinan, berhak mendapatkan penghargaan dari seorang guru berupa BINTANG.

2. Hadiah
Hadiah dapat menimbulkan semangat belajar peserta didik, dimana peserta didik yang menonjol dalam bidang terentu berhak medapatkan hadiah dari seorang guru ( kendatipun hadiahnya berupa pensil, buku gambar dll)


3. Kompetisi
Minat belajar siswa tidak akan meningkat apabila dalam proses pembelajaran dilakukan dengan cara ceramah ( Guru komat-kamit sedangkan penangkapan siswa berlalu saja). Oleh sebab itu maka proses peningkatan motivasi belajar pada peserta didik, proses pembelajaran harus di desain semenarik mungking seperti Komptisi.

Definisi Pengelolaan Kelas

Tentang pengelolaan kelas, para ahli pendidikan berbeda-beda dalam mengemukakan definisi. Definisi-definisi yang berbeda itu bukan dimaksudkan untuk mempersulit arti dan makna pengelolaan kelas, akan tetapi justru akan menambah kejelasan arti pengelolaan kelas itu sendiri.

Untuk memahami pengertian tentang pengelolaan kelas secara mendalam, maka akan dikemukakan beberapa pendapat dari para ahli diantaranya :

a. Menurut Made Pidarta
Pengelolaan kelas ditinjau dari pengertian lama dan pengertian baru sebagai berikut:
1. Pengertian lama, Pengelolaan kelas adalah mempertahankan ketertiban kelas
2. Pengertian baru, Pengelolaan kelas adalah proses seleksi dan menggunakan alat-alat yang tepat terhadap problem dan situasi pengelolaan kelas. Guru bertugas menciptakan, memperbaiki, dan memelihara organisasi kelas sehingga individu dapat memanfaaatkan kemampuannya, bakatnya, dan energinya pada tugas-tugas individual (Pidarta, tth : 47).

b. Menurut Suharsimi Arikunto
Pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar dicapai kondisi yang optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar mengajar seperti yang diharapkan (Arikunto, 1986: 143).

c. Menurut Cece Wijaya dan Tabrani Rusyan
Pengelolaan kelas adalah usaha yang dilakukan guru untuk menata kehidupan kelas dimulai dari perencanaan kurikulumnya, penataan prosedur dan sumber belajarnya, pengaturan lingkungannya untuk memaksimalkan efisiensi, memantau kemajuan siswa, dan mengantisipasi masalah-masalah yang mungkin timbul (Wijaya dan Rusyan, 1994: 113).

d. Menurut Muljani A. Nurhadi
Pengelolaan kelas merupakan upaya mengelola siswa di kelas yang dilakukan untuk menciptakan dan mempertahankan suasana (kondisi) kelas yang menunjang program pengajaran dengan jalan menciptakan dan mempertahankan motivasi siswa untuk selalu terlibat dan berperan serta dalam proses pendidikan di sekolah (Nurhadi, 1983: 162).

Dari semua uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengelolaan kelas adalah upaya yang dilakukan guru dalam mengelola anak didiknya di kelas dengan menciptakan atau mempertahankan suasana atau kondisi kelas yang mendukung program pengajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Tips cara mewarnai gambar - Belajar mewarnai gambar

Tips cara mewarnai gambar
coloring-pagez.com - March, 18 2012. Mewarnai gambar adalah kegiatan yang mengasyikkan dan menyenangkan, mewarnai gambar juga mudah dilakukan.

Tapi mewarnai gambar dengan rapi dan membuat gambar menjadi lebih indah tidak akan mudah
karena hal tersebut juga dipengaruhi oleh bakat serta kesabaran anak dalam mewarnai.

Walaupun demikian kita dapat membimbing anak-anak kita supaya mereka dapat lebih sabar, teliti dan kreatif dalam kegiatan mewarnai.

Berikut adalah tips dasar mewarnai

Mengenal alat gambar
1. Pensil warna
Kelebihan
- Pensil warna memiliki ujung yang lancip sehingga cocok digunakan untuk mewarnai bagian-bagian gambar yang kecil dan detil.
Kekurangan
- Membutuhkan kesabaran lebih bila digunakan untuk mewarnai area gambar yang luas.
- Warna kurang cerah/membutuhkan waktu dan tenaga lebih supaya warna yang diberikan menjadi cerah.

menggambar dan mewarnai
2. Crayon
Kelebihan
- Mudah digunakan
- Memiliki warna yang cerah
- Dapat mewarnai area yang luas lebih baik dan lebih rata daripada pensil warna
Kekurangan
- Sulit digunakan di bagian gambar yang kecil

3. Spidol
Kelebihan
- Warna sangat cerah
Kekurangan
- Relatif Mahal
- Bila digunakan pada kertas/kain warnanya sering mengembang (blobor)
- Sulit dan boros bila digunakan untuk mewarnai bagian gambar yang luas

4. Cat air
Kelebihan
- Warna cerah
- Cepat, mudah dan rata bila digunakan untuk mewarnai bagian yang luas
Kekurangan
- memerlukan kesabaran dan keahlian khusus
- Relatif lebih sulit digunakan dibandingkan alat mewarnai lainnya
- Relatif sulit digunakan untuk mewarnai atau menggambar bagian gambar yang kecil/detil

Cara memegang alat warna
1. seperti memegang pensil (cara umum)
Cara ini lebih rapi dan detil bila digunakan, akan tetapi lebih lambat bila digunakan untuk mewarnai bagian yang luas dengan cepat

2. seperti memegang pisau atau skop
Dengan cara memegang yang miring seperti memegang pisau/sekop, memungkinkan mewarnai gambar dengan posisi alat mewarnai “miring” sehingga lebih cepat dan rata bila digunakan untuk mewarnai area yang luas

Goresan atau Arsiran
1. Mengikuti garis gambar
- Goresan/arsiran mengikuti pola dan arah gambar
- Goresan atau arsiran harus searah dan rata, akan tetapi juga boleh diberikan efek melintang untuk memberikan kesan datar
2. Searah dan rata
- sewaktu mewarnai lakukanlah dengan perlahan (bila telah terbiasa usahakan agak cepat), rata, rapi, searah/teratur (goresan/arsiran jangan malang melintang)
3. Paduan warna
- Paduan warna dapat memberikan efek yang lebih indah dan hidup. Silahkan dicoba sendiri mengkombinasikan warna.
- Contoh kombinasi warna : warna gelap dengan warna cerah; Biru tua dan biru muda, Hijau tua dan hijau muda, oranye dengan kuning, dsb
- Bila memakai cat air, warna dasar merah, biru dan kuning bisa dicampur untuk menghasilkan warna baru, misal : warna merah dan biru menjadi ungu, warna biru dan kuning menjadi hijau, warna kuning dan merah menjadi oranye, dsb

Alat lainnya
1. Tangan
- Tangan adalah modal utama untuk mewarnai, selain itu juga bisa digunakan sebagai alat untuk mencegah pewarna melewati garis gambar. Contoh : tangan kanan memegang crayon, tangan kiri berada di luar garis gambar untuk mencegah krayon melewati garis, selanjutnya perbaiki tempat yang tidak terkena warna dengan perlahan

2. Serutan
- Wajib disediakan bila menggunakan pensil warna

3. Penggaris
- Mungkin diperlukan untuk membuat garis lurus

4. Cutter
- Mungkin diperlukan untuk memotong crayon atau membuat ujung krayon/pensil gambar lancip (bila dianggap beresiko, sebaiknya tidak usah disediakan)

5. Alas
- Alas kertas gambar diperlukan supaya warna gambar lebih rata, lebih empuk dan supaya arsiran warna tidak terpengaruh alas gambar yang keras (contoh alas : karton tebal, dsb)

Tips di atas hanya cara dasar yang saya ketahui, sebenarnya ada banyak tehnik menggambar dan mewarnai lainnya.

Dengan banyak berlatih dan belajar mewarnai, anak-anak akan semakin banyak pengalaman dalam mewarnai, sehingga selanjutnya mereka akan mengembangkan pengetahuannya sesuai cara dan kreatifitas mereka sendiri.

Di bawah ini adalah contoh hasil mewarnai gambar karya anak-anak lain yang disharing di Internet, silahkan dipelajari pola warna dan arsirannya.


contoh hasil gambar dan mewarnai 1 contoh hasil gambar dan mewarnai 2 contoh hasil gambar dan mewarnai 3 contoh hasil gambar dan mewarnai 4 contoh hasil gambar dan mewarnai 5 contoh hasil gambar dan mewarnai 6

Gambar mewarnai gratis untuk latihan

contoh gambar mewarnai 1 contoh gambar mewarnai 2


Akhir kata, apapun hasil dan bentuk karya anak-anak, hasil karya mereka selalu bagus dan luar biasa.
 

Mulai Menggambar dengan Tinta Gambar

Selain pensil, Anda dapat menggambar dengan Tinta Gambar atau Tinta Bak, tinta gambar juga dapat menghasilkan karya seni yang bagus. Tinta gambar yang diproduksi di Indonesia hanya ada satu warna yaitu hitam. Anda dapat membeli tinta gambar di toko buku. Harganya murah, satu botol yang kecil seharga Rp 1000 dan botol yang besar seharga Rp 3000, Saat anda menggambar dengan tinta gambar, anda dapat dibantu dengan media kuas, pen, dan kayu tipis (batang lidi). Medium tinta gambar cukup menggunakan air. Ketika anda menggunakan tinta gambar tanpa dicampur medium air maka hasilnya akan sangat pekat saat disapukan pada kertas gambar. Sebaliknya jika tinta gambar dicampur dengan medium air maka hasilnya dapat transparan. Penggunaan tinta gambar selain menggambar juga untuk menulis kaligrafi. 
Tinta gambar dengan harga kisaran Rp 1000 dan Rp 3000
Tinta gambar dan kuas
Kelebihan menggambar menggunakan tinta gambar, Anda dapat fokus dan menghasilkan karya-karya siluet, hitam putih, positif negatif atau cukup menggambar sketsa-sketsa sederhana. Kuas yang digunakan untuk tinta gambar sebaiknya pilihlah kuas khusus cat air agar lebih mudah dan ekspresif dalam proses menggambarnya. Ukuran kuas yang dipakai sesuai dengan kebutuhan dan keinginan Anda saat menggambar. Tinta gambar hampir serupa dengan Drawing Inks. Hanya yang membedakan drawing inks yang diproduksi diluar Indonesia memiliki banyak warna seperti contoh dibawah ini,   
Drawing Inks bewarna yang diproduksi Winsor and Newton


Drawing Inks warna hitam yang diproduksi Winsor and Newton
Tinta Winsor and Newton juga dijual di Indonesia dengan kisaran Rp 50000 @ botol. Harga yang cukup mahal bagi pemula yang baru mulai belajar menggambar. Sebagai pertimbangan pemula cukup menggunakan tinta gambar dengan harga Rp 1000 @ botol. Walau harga murah hasil warna hitamnya cukup memuaskan. Di bawah ini ada beberapa contoh karya seniman yang menggunakan tinta gambar atau drawing inks
Lukisan Tinta menggunakan pena oleh seniman terkenal M.C.Esher

Lukisan tinta dengan judul Saracen Armoured Personnel Carrier oleh seniman Peter Sarson, 1962
Teknik menggambar dengan tinta gambar dan pena hampir serupa dengan pensil, seperti arsir horizontal, vertikal, diagonal, atau arsir yang sifatnya ekspresif. Sedangkan jika menggunakan kuas maka teknik menggambar dengan tinta gambar seperti melukis dengan cat air. Menggambar menggunakan tinta gambar bagi pemula sangat baik untuk menumbuhkan keberanian menggambar, karena tinta gambar tidak dapat dihapus dan lebih cepat kering dibandingkan dengan cat air. Karena itu membuat sketsa tinta gambar dalam jumlah banyak sangat membantu pemula untuk mempercepat proses belajar. Artikel selanjutnya akan menjelaskan lebih mendalam tentang proses mengarsir dengan tinta gambar. 

Guru Harus Jadi Pendidik

Palembang, Point terpenting seorang guru (pendidik) adalah kemampuannya membangkitkan semangat siswa agar giat belajar bukan hebat karena lulus dengan predikat cumlaude. Ilmu yang dimiliki tidak hanya di transfer begitu saja tetapi benar-benar sampai ke peserta didik dan menjadikannya SDM yang berkualitas.
“Itulah bedanya tenaga pendidik dan tenaga pengajar. Jadilah guru yang baik atau tidak sama sekali,” ungkap Direktur Sekolah Guru Indonesia – Dompet Dhuafa (Asep Sapa’at) sekaligus menjadi keynote speaker pada seminar nasional pendidikan “Membangun SDM Indonesia melalui Pendidikan yang Membebaskan” yang diselenggarakan Ikatan Alumni dan Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UNSRI di gedung Pascasarjana UNSRI, Sabtu (26/01).
Guru yang baik juga harus bisa menyadarkan tanggung jawab peserta didik mengenai apa saja yang harus mereka lakukan, lanjut beliau. Karakter pendidik seperti inilah yang diperlukan Indonesia jika ingin dunia pendidikan berubah ke arah yang lebih baik.
“Jika gurunya tidak baik, sekolah dan fasilitas bagus itu percuma. Peran guru yang paling menentukan, “ tegasnya. Melalui seminar ini, dia mengajak kalangan pendidik mulai memahami pentingnya peran meraka dalam pembangunan SDM Indonesia. Oleh karena itu dalam aktivitas mendidik, guru juga dituntut memahami tantangan pendidikan yang terus berubah.
Misalnya mempersiapkan siswa untuk pekerjaaan yang belum tersedia saat ini dan mampu menyelesaikan persoalan. “Jangan menuntut peserta didik menghapal tetapi memahami. Saat menyelesaikan pembelajaran tidak hanya cukup hanya diajarkan, juga berikan teladan,” ulasnya.
Beliau mengingatkan tugas guru tidaklah ringan. Jadi sebelum memutuskan jadi guru, siapa pun harus bersungguh-sungguh. Pasalnya, tidak jarang image negative tentang kualitas guru justru tercipta dari perilaku oknum guru itu sendiri.
Ketua pelaksana, Budi Santoso mengatakan kegiatan tersebut bertujuan untuk mengembangkan SDM di Sumsel yang unggul dan berkarakter kuar. “Kami juga coba membantu pemerintah menymbangkan pemikiran tentang proses pendidikan yang sebenarnya.”

Membangun Brand Sekolah


Pada tahun 1950 an jumlah sekolah yang ada di negara kita ini sangatlah minim, tapi sekarang ribuan sekolah bermunculan dimana-mana, disetiap kecamatan, desa, maupun kampung-kampung terpencil. Bahkan satu desa terdapat 6-8 sekolah.  Pertumbuhan sekolah sangatlah pesat, sekolah negeri maupun suwasta, hal tersebut yang membauat masyarakat merasa kebingungan dimana harus memasukkan anak-anak mereka untuk mengenyam pendidikan. Ada sekolah yang memberikan gratis 100% bagi siswanya, disuport dengan pakaian seragam lengkap bawah atas, ada juga sekolah yang memberikan beasiswa kepada peserta didiknya berbentuk uang saku per bulannya, bahkan ada juga sekolah yang memberikan semua fasilitas yang dibutuhkan peserta didiknya sampai transportasi antar jemputpun sekolah siapkan.
Tahun ajaran baru merupakan moment yang paling tepat untuk menjadikan sekolah sebagai tempat bermain politik, kepala sekolah sebagai orang yang nomor wahid di lembaga tersebut akan merasa malu apabila sekolah atau madrasahnya tidak diminati oleh masyarakat. sehingga berbagai macam cara dilakukan hanya untuk mendapatkan segelintir murid. Perlu kita ketahui juga, kenapa sekolah berkomptisi mencari murid sebanyak-banyaknya..? Salah satu alasan yang logis adalah apabila kuantitas murid bertambah banyak maka dana BOS pun bertambah banyak pula, begitupun juga dengan tunjangan dana lainnya. Maka tidak heran kalau kita melihat kepala sekolah dan jajarannya menjadikan tahun ajaran baru sebagai moment yang tepat untuk kampanye sekolah, dihiasi dengan berbagai macam atribut-atribut sekolah yang mereka miliki.
“Timba mencari sumur bukan sumur yang mencari timba”. Sepertinya pepatah tesebut tidak berlaku lagi pada zaman modern ini, kalaulah dulu para nenek moyang kita, berjalan kaki berkilo-kilo meter hanya untuk mendapatkan sebait ilmu, kesadaran tersebut tumbuh dari hati nurani mereka. Untuk mendapatkan seorang guru, mereka harus mengorbankan keluarga mereka untuk ditinggalkan. maka pantaslah ilmu para leluhur kita, orang tua kita terdahulu jauh lebih barokah dan bermanfaat bagi kehidupan. Sekarang semua sudah berubah, bukan timba lagi yang mencari sumur tapi sumur yang mencari timba, alias murid tidak perlu lagi mencari sekolah tapi sekolah yang berbondong-bondong untuk mencari murid.
Dari realitas di atas, kepala sekolah sebagai orang yang nomor wahid, harus mengupdate kembali visi dan misi sekolahnya dan memperbaiki sisi-sisi lemah serta berupaya menjadikan sekolah sebagai model atau kudwah hasanah bagi masyarakat setempat. Sehingga sekolah tidak perlu lagi mencari murid kesana kemari, Tapi murid atau masyarakat yang berebutan mamasukkan anak-anak mereka pada lembaga yang kita pimpin.  Masyarakat akan merasa rugi apabila tidak dapat mamasukkan anak-anak mereka dan kita tidak perlu lagi menjadikan tahun ajaran baru sebagai ajang kampanya sekolah.
Bukankah sekolah itu adalah tempat sekumpulan orang-orang cerdas kreatif dan inovatif?, yang terdiri dari kepala sekolah yang sudah diakui ilmu dan pengalamannya dalam mengajar, guru-guru yang sudah mendapatkan pendidikan secara akademis selama empat tahun di bangku kuliah, dan para siswa yang memiliki berbagai macam potensi.  Sekolah juga merupakan gudang ilmu pengetahuan yang terdapat berbagai macam disiplin ilmu di dalamnya, seperti ilmu bahasa, agama, sejarah, IPA, IPS dan banyak lagi yang lainnya. Dalam mengembangkan ilmu pengetahuan tersebut,  guru-guru yang ada di dalam lingkungan sekolah bertanggung jawab atas peningkatkan potensi siswa melalui transformasi ilmu. Proses belajar mengajar setiap hari di dalam kelas merupakan pekerjaan rutin bagi seorang guru, bukan saja di dalam kelas diluar kelaspun guru bertanggungjawab atas pembentukan karakter siswanya.
Kepala sekolah dan jajarannya harus bisa mendifferenisasikan sekolah yang dia pimpin dengan sekolah lainnya, dapat membranding sekolahnya agar mudah dikenal oleh masyarakat. Atau dengan bahasa lain sekolah mempunyai identitas unggul, ketertarikan yang kuat, sehingga masyarakat sangat tertarik dan terpesona dengan program sekolah tersebut. Salah satu tawaran untuk membranding sekolah yang harus digarap dengan serius oleh kepala sekolah beserta stafnya adalah  menulis. Dengan menulis kita dapat memposisikan sekolah menjadi terdepan dan dikenal oleh masyarakat luas melalui media Informasi Koran, majalah bulletin, dan media lainnya.
Taufik ismail adalah seorang sastrawan senior yang konsisten memperjuangkan literasi di tanah air, dalam sebuah seminar bahasa dan sastra Indonesia yang diselenggarakan oleh HIMA bahasa dan sastra Indonesia FPBS UPI, mengungkapkan bahwa. “(maha) siswa Indonesia adalah generasi yang rabun membaca dan pincang menulis”. Jangankan menulis membacapun kita sering malas dan mengabaikan literature, kita tidak sadar bahwa kunci kesuksesan seorang dalam karya tulis maupun lainnya adalah dengan banyak membaca literature. Saya kira apa yang disampaikan oleh taufik ismail di atas benar, dan jarang sekali sekolah yang menjadikan menulis sebagai differentiation yang menunjukkan keunggulan sekolah tersebut. Kalau kita serius menggarap menulis sebagai salah satu program unggulan sekolah yang melibatkan semua pihak di dalamnya baik kepala sekolah, TU, Guru dan siswa-siswanya, maka menulis tersebut akan menjadi branding dan differentiation sekolah. Mengapa kita perlu menulis..? ada beberapa alasan logis dan pertimbangan yang menjadi dasar utama perlunya sekolah menulis sebagai sebuah differentiation dan brand.
Pertama: Menulis adalah kemampuan mutlak yang harus dimiliki oleh seseorang mahasiswa ataupun guru, karena syarat menjadi sarjanawan atau guru adalah dengan membuat karya ilmiah yang membutuhkan kepiawaian dalam menulis. Seorang guru yang memiliki kepiawaian menulis tidak akan merasa kesulitan dalam mengajar, membuat RPP, SILABUS, maupun PROTA dan PROSEM. Apalagi membuat penelitian tindakan kelas (PTK) yang merupakan salah satu kewajiban bagi seorang guru.
Kedua: Menulis merupakan sebuah komptensi yang harus dimiliki oleh siswa, komptensi menulis sudah diajarkan dari kelas satu SD bahkan ada juga dari pendidikan anak usia dini (PAUD). Artinya menulis adalah komptensi mutlak yang harus dimiliki oleh seorang siswa, bagaimana cara mengembangkan potensi tersebut..? salah satu satunya adalah dengan membuat program menulis mingguan atau bulanan, dan karya siswa harus ditempelkan di majalah dinding (MADING) sekolah, kalau bisa tulisan terbaik siswa dipublikasikan melalui media masa seperti Koran atau majalah bulanan. Siswa akan termotivasi dan merasa dihargai apabila melihat karya terbaiknya dapat dimuat dan dibaca oleh khalayak ramai, apalagi sekolah memberikan penghargaan bagi siswa yang memiliki karya tulis terbaik setiap bulannya. Kalau program itu kita lakukan secara intens, maka siswa akan berkomptisi dalam menulis baik itu cerpen, opini, puisi dan lainya dan menjadi yang terbaik dari yang baik.
Ketiga: Apabila siswa-siswa kita berhasil menerbitkan karya tulis mereka menjadi sebuah buku, atau majalah. Maka, ini adalah moment yang sangat tepat untuk mempublikasikan sekolan menjadi sekolah berkualitas, unggul dalam menulis. Secara tidak langsung sekolah menjadi mitra terbaik masyarakat dalam membangun kualitas dan karakter siswa melalui tulisan, bukan saja masyarakat, tapi juga pemerintah setempat merasa antusias dengan brand sekolah serta kualitas yang dibangun. Maka tidak segan-segan pemerintah mensuport program tersebut dengan anggaran dana yang cukup besar.
Keempat: Menulis merupakan salah satu profesi yang menjanjikan bagi para siswa kedepan. Siapa  tau setelah merekan menamatkan pendidkan pada jenjang sekolah menengah atas (SMA), mereka lebih cendrung mengambil jurusan jurnalistik atau ketika mereka kuliah, mereka akitif di organisasi pers mahasiswa. Hal tersebut dapat menjanjikan masa depan siswa, mencari uang jajan sampingan melalui menulis di media masa. Orang bijak mengatakan “Apabila tangan sering memegang setir kendaraan, maka setirlah pintu rizki baginya. Apabila tangan sering memegang cangkul, maka cangkul tersebut akan menjadi pintu rizki baginya dan apabila tangan ini dibiasakan memegang pena, maka penalah sumber rizkinya.”
Kelima: Menulis adalah perintah Allah swt yang kedua setelah membaca, karena itu tulisan dapat kita hasilkan apabila kita membiasakan diri untuk membaca, membaca buku, membaca alam sekitar dan membaca kebesaran Allah yang ada pada diri kita sendiri. Perintah tersebut dapat kita temukan pada surat Al-Alaq ayat ke empat, yang artinya. “Yang mengajar (manusia) dengan perantara qolam (pena)” . maksudnya adalah dialah Allah yang mengajarkan manusia melalui perantara baca tulis.
“Bul zam-zam patu’rof” (Kencingi air zam-zam maka kamu akan terkenal). Pepatah arab tersebut mengindikasikan kepada kita bahwa untuk menjadi orang terkenal harus berani melakukan sesuatu yang berbeda dan tidak pernah dilakukan oleh orang lain. Begitu juga halnya dengan membangun brand sekolah, sekolah harus berani membangun sebuah program unggulan yang akan nantinya menjadi differentiation dengan sekolah lainnya, salah satunya adalah dengan   
Nun. Demi kalam dan apa yang mereka tulis, berkat nikmat Tuhanmu kamu (Muhammad) sekali-kali bukan orang gila. dan Sesungguhnya bagi kamu benar-benar pahala yang besar yang tidak putus-putusnya. (Al-Qolam: 1-3)

SUMBER : SGI

Mengenal Tipe Gaya Belajar

Seringkali kita temui anak sulit kali belajar atau cepat merasa bosan di dalam kelas sehingga anak itu melakukan aktivitas lainnya yang mengganggu kegiatan belajar mengajar di dalam kelas seperti berlari-lari, beteriak, menggaggu temannya, membuat keributan dan lain-laimn. Lalu kita sebagai guru atau orang dewasa lainnya mencap atau memberikan julukan kepada anak itu pemalas, nakal, pembuat keributan, bandel dan cap yang tidak baik lainnya. Padahal pemberian cap dan stigma negatif yang buruk ke anak akan mempengaruhi psikologi anak ke depannya dan mempengaruhi tumbuh kembangnya dalam pembelajarannya.

Ada dua hal utama yang menjadi sorotan ketika dalam kasus seperti ini. Pertama, ada kesalahan dari guru atau tenaga pendidik dalam menerapkan metode dan cara belajar di dalam kelas Banyak guru yang terjebak dengan keruwetan dan masalahnya sendiri di dalam kelas sehingga siswa-siswi dalam kelas menjadi ajang pelampiasan kemarahannya, tentu ini bukan contoh baik bagi guru. Bagian kedua ialah siswa itu sendiri, siswa tidak pernah salah, mereka merupakan gelas kosong yang siap menerima pembelajaran oleh gurunya di dalam kelas. Terlebih lagi dengan gaya belajar dari tiap anak atau siswa bahkan tiap-tiap orang jelaslah berbeda, ini menjadi tugas utama guru dalam menerapkan metode dan cara yang tepat dalam memberikan kegiatan belajar mengajar di kelas kepada peserta didik.

Oleh sebab itu dalam tulisan kali ini, penulis ingin membahas tipe gaya belajar anak. Tipe gaya belajar anak biasa dikenal ada tiga namun dalam perkembangan dan kenyataannya ada lima. Menurut DePorter dan Hernacki (2002), gaya belajar adalah kombinasi dari menyerap, mengatur, dan mengolah informasi. Terdapat tiga jenis gaya belajar berdasarkan modalitas yang digunakan individu dalam memproses informasi (perceptual modality). Kita akan membahas secara intensif tiga gaya belajar anak pada umumnya kita temui sehari-hari, berikut pemaparannya;

Gaya Belajar Visual

Tipe Gaya Belajar Visual (Visual Learners) menitikberatkan pada ketajaman penglihatan. Artinya, bukti-bukti konkret harus diperlihatkan terlebih dahulu agar mereka paham Gaya belajar seperti ini mengandalkan penglihatan atau melihat dulu buktinya untuk kemudian bisa mempercayainya. Ada beberapa karakteristik yang khas bagai orang-orang yang menyukai gaya belajar visual ini.

Gaya Belajar Auditori

Tipe Gaya belajar Auditori (Auditory Learners) mengandalkan pada pendengaran untuk bisa memahami dan mengingatnya. Karakteristik model belajar seperti ini benar-benar menempatkan pendengaran sebagai alat utama menyerap informasi atau pengetahuan. Artinya, kita harus mendengar, baru kemudian kita bisa mengingat dan memahami informasi itu. Karakter pertama orang yang memiliki gaya belajar ini adalah semua informasi hanya bisa diserap melalui pendengaran, kedua memiliki kesulitan untuk menyerap informasi dalam bentuk tulisan secara langsung, ketiga memiliki kesulitan menulis atau membaca.

Gaya Belajar Kinestetik

Tipe mengharuskan individu yang bersangkutan menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar ia bisa mengingatnya. Tentu saja ada beberapa karakteristik model belajar seperti ini yang tak semua orang bisa melakukannya. Karakter pertama adalah menempatkan tangan sebagai alat penerima informasi utama agar bisa terus mengingatnya. Hanya dengan memegangnya saja, seseorang yang memiliki gaya  ini bisa menyerap informasi tanpa harus membaca penjelasannya.

Pemaparan penulis dari tiap-tiap gaya belajar diatas tentu dibahas secara umum, pembaca sudah mampu menilai dan membaca gaya belajar apa yang dialami oleh anak, siswa  atau bahkan anda sendiri. Berikut ciri-ciri dari tiga gaya belajar tersebut:

Ciri-ciri dari Gaya belajar Visual antara lain; kebutuhan melihat sesuatu (informasi/pelajaran) secara visual untuk mengetahuinya atau memahaminya, memiliki kepekaan yang kuat terhadap warna, memiliki pemahaman yang cukup terhadap masalah artistik,  memiliki kesulitan dalam berdialog secara langsung, terlalu reaktif terhadap suara,  sulit mengikuti anjuran secara lisan, seringkali salah menginterpretasikan kata atau ucapan.

Ciri-ciri dari Gaya belajar Auditori
 antara lain; Mampu mengingat dengan baik penjelasan guru di depan kelas, atau materi yang didiskusikan dalam kelompok/ kelas. Pendengar ulung: anak mudah menguasai materi iklan/ lagu di televisi/ radio. Cenderung banyak omong. Tak suka membaca dan umumnya memang bukan pembaca yang baik karena kurang dapat mengingat dengan baik apa yang baru saja dibacanya. Kurang cakap dalm mengerjakan tugas mengarang/ menulis Senang berdiskusi dan berkomunikasi dengan orang lain. Kurang tertarik memperhatikan hal-hal baru dilingkungan sekitarnya, seperti hadirnya  anak baru, adanya papan pengumuman di pojok kelas, dll.

Ciri-ciri dari Gaya belajar Kinestetik antara lain; Menyentuh segala sesuatu yang dijumpainya, termasuk saat belajar. Sulit berdiam diri atau duduk manis, selalu ingin bergerak. Mengerjakan segala sesuatu yang memungkinkan tangannya aktif. Contoh: saat guru menerangkan pelajaran, dia mendengarkan sambil tangannya asyik menggambar. Suka menggunakan objek nyata sebagai alat bantu belajar. Sulit menguasai hal-hal abstrak seperti peta dan simbol. Menyukai praktek/ percobaan. Menyukai permainan dan aktivitas fisik seperti olahraga.

Dua gaya belajar lainnya yakni Olfactory dan Gusvactory, yakni dengan indra peraba dan pengecapan. Ini biasa dilakukan oleh anak-anak yang berkebutuhan khusus dan sering kita ketemui di sekolah-sekolah luar biasa. jadi ingat saja VAKOG dan lebih terutama VAK yakni Visual, Auditori, Kinestetik. Olfactory dan Gusfactory ada namun jarang kita temui. Semoga dengan tulisan ini para guru dan tenaga pendidik dapat memahami gaya belajar anak. Anak itu tidak bersalah namun gaya belajarnya seperti itu, pandai-pandai guru merancang pembelajaran yang tepat bagi siswa dan peserta didik tersebut. Semoga pendidikan Indonesia lebih cerah dan mencerdaskan.


Oleh : Julyasman, S.Pd.
SUMBER : SGI

Guru Wajib Memenuhi Hak Asasi Anak di Sekolah

Oleh Primma Russanti
Guru SD Kelas 6 di Sekolah Ciputra Citraland, Surabaya
Saat ini saya dan murid saya sedang belajar tentang Children Rights (hak asasi anak). Salah satu pembelajaran yang menarik adalah ketika kami berdiskusi untuk mengidentifikasi apa saja hak-hak anak menurut versi murid-murid saya yang berangkat dari pemikiran mereka sendiri dan bagaimana mereka bertanggung jawab terhadap hak-hak mereka. Ternyata hampir seluruh siswa menyatakan bahwa setiap anak berhak mendapatkan pendidikan, rasa aman di sekolah, dan diperlakukan dengan baik di sekolah.
Pernyataan mereka tentang hak anak di sekolah sepertinya biasa saja. Tapi hal ini menjadi luar biasa ketika saya lanjutkan dengan pertanyaan hak mendapat pendidikan yang bagaimana, rasa aman yang bagaimana, diperlakukan yang bagaimana, dan apa pengaruhnya. Mereka mengatakan bahwa setiap anak berhak diajar guru yang berkompeten, belajar dan bermain dengan rasa aman, tidak ada bullying (tindak kekerasan baik secara verbal maupun fisik), diterima apa adanya dengan segala kelebihan dan kekurangannya, diperlakukan setara dengan yang lain. Bila hal ini dipenuhi, kata mereka, hal ini akan membuat mereka suka belajar dan berprestasi.
Anak-anak mengatakan hal ini berdasarkan apa yang mereka rasakan dan pikirkan. Saya menjadi berpikir, selama ini, sudahkah saya memenuhi hak-hak murid saya? Lalu bagaimana dengan guru-guru yang lain, apakah kita ini sosok pengajar yang sudah memenuhi hak siswa-siswa kita?
Menjadi guru yang kompeten bukan hal yang mudah karena standard kompeten itu dimaknai berbeda oleh setiap guru. Fakta di luar sana, teknologi dan pendidikan berkembang pesat. Guru sekarang bukan satu-satunya sumber belajar siswa. Siswa bisa googling di Internet untuk mencari jawaban dan menambah pengetahuan. Mereka juga dapat menggunakan media interaktif dari Internet untuk belajar science and matematika. Jadi sudah sewajarnya bila setiap guru mengupdate diri sendiri supaya tidak tertinggal pengetahuannya dengan tidak bergantung kepada buku teks, tetapi mencari bahan ajar di Internet. Guru tidak harus memiliki gadget baru sama seperti siswa, tetapi guru bisa mengajarkan bagaimana menggunakan gadget atau Internet yang sehat, misalnya socialnetworking seperti Twitter atau Facebook. Guru dapat mengajarkan keuntungan dan kerugiannya, termasuk pula cyberbullying, yaitu intimidasi di dunia maya.
Hak rasa aman di sekolah biasanya berhubungan dengan teman sepermainan. Setiap anak berhak mendapat teman dan bermain dengan bahagia. Untuk itu guru dan sekolah memastikan bahwa tidak ada bullying terjadi di sekolah. Untuk itulah guru harus berperan aktif menghapus bullying. Di Internet banyak sekali sebab dan akibat bulliying, guru dapat menggunakan media Internet sebagai media untuk menerangkan dampak negatif bullying.
Anak juga punya hak diperlakukan secara baik di sekolah oleh gurunya. Mari kita merenung sejenak, dalam sehari berapa kali kita member pujian kepada siswa? Apakah hanya siswa yang pandai saja yang kita puji? Setiap anak berhak untuk dipuji atas semua perkembangan sekecil apapun, baik akademik, sosial, dan prilaku. Hal kecil lain misalnya mengucapkan terimakasih, salam, menanyakan kabar, termasuk cara memperlakukan siswa dengan baik. Dan ini sudah menjadi hak siswa untuk merasa bahagia di sekolah karena merasa diterima apa adanya.
Sudah saatnya kita merefleksi apakah kita sudah memberi hak yang seharusnya mereka dapatkan dari guru dan sekolah. Hak asasi anak tercantum dalam PBB. Mari menjadi model bagaimana memperlakukan siswa dengan baik dan mengajarkan bahwa setiap hak yang mereka dapatkan ada tanggung jawab di dalamnya.

Sumber : suaraguru

Tuntutan Guru sebagai Inspirator

Oleh Miyarti SPd MM
Guru SD 1 Genuksari UPTD Kecamatan Genuk Kota Semarang
Rumusan empat kompetensi inti (penghayatan dan pengamalan agama, sikap, keterampilan, dan pengetahuan) melandasi pengembangan kompetensi dasar pada setiap kelas, berkait pemberlakuan kurikulum 2013 di Jateng. Perubahan standar isi menjadi fokus pada kompetensi yang dikembangkan menjadi mata pelajaran, melalui pendekatan tematik integratif.
Perubahan standar proses tersebut memerlukan perubahan strategi pembelajaran. Artinya guru wajib merancang dan mengelola proses pembelajaran aktif yang menyenangkan. Dia harus dapat memfasilitasi peserta didik untuk mengamati, bertanya, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta.
Pada jenjang sekolah dasar (SD) di Kota Semarang, perubahan struktur kurikulum memancing reaksi pro dan kontra, terkait dengan pengintegrasian mata pelajaran (mapel) IPA dan IPS ke dalam mapel Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), Bahasa Indonesia, dan Matematika
Integrasi kompetensi dasar yang biasanya diwadahi dalam mapel IPA dan IPS, ke dalam mata pelajaran Matematika dan Bahasa Indonesia, menuntut guru di provinsi ini untuk terus mengembangkan kompetensi profesional dan pedagogi. Upaya itu supaya proses pembelajaran tematik integratif bisa mengantarkan peserta didik mencapai standar kompetensi lulusan.
Secara teoritis, keberhasilan kurikulum butuh proses panjang, dari kristalisasi berbagai konsep ideal tentang pendidikan, perumusan desain kurikulum, persiapan pendidik dan tenaga kependidikan hingga penilaian pembelajaran. Dalam konteks ini, keberhasilan itu sangat ditentukan oleh komitmen pemegang otoritas pendidikan di Jateng, pengembangan kapasitas guru, dan desain penilaian.
Perubahan berkait dengan kurikulum 2013 harus dibarengi dengan peningkatan kualitas pendidik. Adagium itu mendasarkan pada pengertian bahwa kurikulum itu penting tapi guru jauh lebih penting. Seandainya guru tidak berkemampuan maksimal, hasil yang dicapai pun tidak maksimal.
Guru bukan hanya menjadi pengajar di depan kelas melainkan sekaligus harus bisa menjadi inspirator bagi siswa. Melalui berbagai pelatihan, penulis optimistis bisa muncul sosok guru sekaligus inspirator. Kurikulum tak akan pernah sempurna mengingat perkembangan pendidikan juga menyesuaikan dengan tuntutan zaman.
Teladan Siswa
Kita tidak memungkiri ada beberapa hal yang harus dikoreksi dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 yang menjadi penekanan penyusunan kurikulum 2013. Semisal konten terlalu padat (banyak mapel, kemeluasan materi, dan tingkat kesukaran yang melampaui usia anak). Selain itu belum sepenuhnya berbasis kompetensi, dan belum menggambarkan secara holistik domain sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
Penciptaan siswa yang kreatif dan inovatif mensyaratkan kehadiran guru yang lebih kreatif sekaligus inovatif menyiapkan materi, penilaian, dan metode penyampaian yang menyenangkan. Tentunya dengan tetap memperhatikan kesiapan psikologi siswa.
Guru perlu menyikapi rencana perubahan itu supaya lebih siap mental. Secara garis besar tuntutan kurikulum baru itu adalah mempersiapkan generasi yang mampu bersaing dalam era teknologi informasi yang berkembang cepat. Selain itu, bisa beradaptasi pada tantangan global, dan memberikan solusi permasalahan terkini.
Untuk itu, tantangan guru juga tidak ringan sehingga mulai saat ini harus selalu mengikuti perkembangan informasi terkini dan bisa menjadi teladan bagi peserta didik. Hal lain yang tidak kalah penting adalah mampu mengimplementasikan kurikulum baru itu dalam kegiatan belajar mengajar yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
Guru sebagai ujung tombak penerapan kurikulum baru, diharapkan menyiapkan diri mengingat kurikulum baru itu bertujuan antara lain mendorong peserta didik lebih baik dalam mengobservasi, bertanya, bernalar, mengomunikasikan, dan mempresentasikan apa yang mereka peroleh setelah menerima materi pembelajaran

Guru dan Kehidupan

Guru itu kehidupan, bukan penghidupan. Coba cermati pernyataan tersebut. Menjadi guru, untuk apa? Apakah Anda berkarya untuk kehidupan atau bekerja untuk penghidupan? Sekali lagi, tolong cermati dengan baik. Robert F. Mager pernah berujar, “Jika Anda tak tahu ke mana harus menuju, Anda akan tiba ke tempat yang tidak menentu.”
Saya punya seorang kenalan, bertahun-tahun lamanya menjadi guru tapi merasa tak pernah punya passion. Apa pun yang dikerjakan seolah hanya menjadi penggugur kewajiban saja. Cepat stres jika tak mampu tangani persoalan murid. Hampir tak ada satu pun inovasi yang lahir dari gagasan pemikirannya. Kabar buruknya, lama usia pengabdian tak berbanding lurus dengan karya dan prestasi yang ditorehkan. Inilah guru penganut filosofi ‘yang penting jadi gurulah’.
Tapi mari saksikan episode kehidupan guru pada sosok Torey Hayden dan Erin Gruwell. Kisah hidupnya sebagai guru lebih berwarna. Lika-liku perjuangannya lebih terasa. Meski menguras airmata dan bergulat dengan persoalan hidup, mereka tetap bisa meraih kebahagiaan hakiki, yaitu jadi manfaat bagi sesama. Sesuatu yang tak bisa dibayar dengan apa pun jua.
Siapa Torey Hayden? Dia seorang guru yang berhasil menulis buku Sheila: Luka Hati Seorang Gadis Kecil (One Child) yang sudah diterjemahkan ke dalam 28 bahasa. Sekuelnya, Sheila: Kenangan yang Hilang (Tiger’s Child), ditulis 15 tahun kemudian ketika Sheila sudah dewasa. Buku ini berkisah tentang perjuangan Torey dalam mendidik seorang anak berkebutuhan khusus, Sheila namanya. Kisah tentang Sheila tidak hanya menyentuh hati jutaan pembaca di Inggris dan Amerika Serikat, tetapi juga di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
Anak berkebutuhan khusus, pada umumnya berkemampuan akademis rendah, terganggu secara emosional, agresif, dan gangguan lain yang tak kalah membingungkan. Naasnya, banyak pihak (sekolah, orangtua, guru) terlalu cepat melabeli mereka sebagai anak nakal, bodoh, aneh, rusak, tidak bisa diperbaiki, tidak bisa dididik, gila, dan seterusnya. Tapi di tangan Torey, anak-anak istimewa itu bisa ‘dimanusiakan’. Betapapun panjang dan melelahkannya proses mendidik anak-anak itu, Torey menjalaninya sepenuh hati. Hanya cinta sajalah yang membuat Torey bisa menghadapi semua tantangan itu. Dan hal itu tersirat dari ungkapannya berikut:
“Aku belajar dari murid-muridku, kekinianlah yang terpenting. Pada zaman modern, kita cenderung berorientasi pada tujuan. Masalahnya, tujuan itu ada di masa depan. Dan tak satu pun dari kita hidup di masa depan. Kita hidup sekarang. Sekaranglah prosesnya. Aku hanya punya sekarang, jadi ketika bekerja dengan mereka, aku harus hadir sepenuhnya, sadar sepenuhnya, dengan apa yang terjadi di sekelilingku. Ternyata dengan begitu, aku menemukan sesuatu yang kaya. Dalam segala keburukan, kecantikan, tragedi, humor, di tengah semua itu, ada cinta.

BEGITU PULA KISAH NYATA yang dialami Erin Gruwell. Sosok guru kreatif nan inspiratif yang mampu mengubah hidup para muridnya lewat aktivitas menulis. Tantangan terbesar dalam kariernya adalah menghadapi murid dari kalangan multietnis, mereka yang terlibat dalam gangster dan peredaran narkoba. Alamat salah bicara, kita bisa diteror dan ditodong pistol. Guru mana yang tak gentar hadapi situasi ini?
Kalau guru yang bekerja untuk penghidupan, besar kemungkinan mereka akan lari dari persoalan ini. Tapi hal ini tak berlaku bagi guru kehidupan. Mereka akan tetap fokus membantu menyelesaikan persoalan hidup murid. Tak melulu sekadar menyampaikan pengetahuan. Tapi membantu murid menemukan makna kehidupan. Dia perankan dirinya sebagai pendidik sejati.
Kecintaan pada profesi dan ketulusan dalam mengabdi, kombinasi terwujudnya sikap total dalam diri Erin Gruwell. Banyak cara diupayakan, sebanyak itu pula penolakan dan kegagalan menimpanya. Dia tetap tak mau menyerah. Line games, strategi mengajar kreatif yang membuat situasi kelas lebih kondusif untuk belajar. Padahal, situasi kelas sebelumnya sangat tak terkontrol. Menariknya, setelah line games dilakukan, murid-murid berubah menjadi lebih solid sebagai sebuah komunitas belajar. Dengan bermodalkan sebuah buku catatan kosong dan kesediaan Erin menyimak kisah hidup muridnya yang ditorehkan lewat tulisan, semua siswa menjadi keranjingan membaca dan menulis. Bukan sekadar membaca dan menulis ejaan dan kata tak bermakna, tapi membaca dan menulis kisah kehidupan pribadi mereka yang ingin lepas dari bayangan kelam masa lalu.
Kisah hidup Erin Gruwell didokumentasikan dalam sebuah film bertajuk Freedom Writers: Their Stories Their Words, Thinking Out of The Box. Berpikir dan bertindak di luar cara-cara biasa ternyata mampu mengubah kehidupan murid menjadi lebih baik. Siapa sangka jika murid Erin Gruwell mampu menjadi penulis hebat. Menulis seolah menjadi terapi terbaik untuk mengatasi masalah hidup mereka. Menelisik sisi kehidupan pribadi yang terdalam. Mereka pun akhirnya berdamai dengan kehidupan melalui aktivitas menulis. Menulis untuk kemerdekaan hidup, merdeka dari bayangan masa lalu suram, dan merangkai harapan baru untuk menata kehidupan di masa depan.
Torey Hayden dan Erin Gruwell, merekalah guru yang mengambil peran sebagai agen kehidupan. Sosok tangguh penganut filosofi, jadilah guru atau tidak sama sekali. Mereka memahami bahwa menjadi guru berarti mengubah jalan kehidupan murid-murid. To teach and to educate are to touch life. Torey Hayden dan Erin Gruwell sadar, kehidupan sudah memberikan banyak hal berarti dalam hidup mereka. Lantas, karya terbaik apa yang bisa diberikan kepada kehidupan?

SEBAGAIMANA TOREY HAYDEN DAN Erin Gruwell, guru-guru penempatan yang berasal dari Sekolah Guru Indonesia juga dilatih dan dididik untuk bukan sekadar ‘asal jadi guru’. Kisah-kisah dalam buku ini menandaskan bahwa perjuangan memperbaiki kualitas pendidikan di tanah air tidaklah semudah membalikkan telapak tangan tapi juga tidak sesulit bila diangankan tanpa tindakan nyata.
Walau beratapkan langit mereka rela mendidik anak-anak pelosok negeri; dari Way Kanan, hingga Sambas dan Dompu. Semua rintangan dan cercaan menjadi sahabat di tengah kegigihan berpeluh merindukan pendidikan yang lebih manusiawi dan maju. Tidak ada kekerasan demi tegaknya aturan sekolah. Yang ada ketegasan menjalankan aturan di tengah anak bangsa yang masih terninaboboi oleh keadaan jumud.
Walau keterbatasan sudah jadi menu keseharian, guru-guru muda SGI tidak surut untuk menghentikan aktivitas. Tidak hanya ketika sarana sekolah ala kadarnya, tapi juga saat berhadapan dengan kondisi siswa yang bikin emosi para guru bersumbu pendek.
Menikmati perjalanan para pejuang SGI dalam buku ini tidak hanya pintu masuk mengenal peta pendidikan hari ini di Nusantara, tapi juga gambaran keteguhan mereka memilih jalan hidup sebagai guru. Tengoklah helai demi helai buku ini, Anda akan dapati komitmen mereka bahwa menjadi guru itu pilihan sadar agar hidup kian lebih hidup bagi sesama.
Dus, tepukan di dada, “Beta Guru Sudah”, adalah pertanda bahwa perjuangan itu baru dimulai. Perjuangan dengan penuh syukur dan sarat kebanggaan pada profesi guru. []

Oleh : Asep Sapaat (Direktur SGI)

Siapa berani bayar Guru?

Tulisan ini terinspirasi oleh dua orang tamu yang datang silaturahim ke kantor kami, berbicara tentang nasib seorang guru, baik guru yang sudah “aman” maupun guru yang masih “galau”. Mengingat pepatah lama, “tinggalkan zona nyamanmu, niscaya kau dapatkan kemuliaanmu yang baru”, sungguh pepatah itu sarat makna, malah terkadang menjadi salah satu penyebab mbludaknya warga Jakarta. Namun kali ini saya tidak menyinggung hal-hal populasi seperti itu. Pepatah itu lebih tepatnya menjadi kalimat yang tabu bagi para Guru yang sudah “aman”, kemapanan, tunjangan dan rasa aman masa depan menjadikan sebagaian besar guru emoh mengembangkan dirinya, lalu bagaimana dengan Guru yang masih “galau”? apakah mereka masih terus menggalau? Sampai kapan mereka akan berhenti menggalau?.
Tamu kami kali ini datang jauh-jauh dari Balikpapan, mensinergikan visi dan misi, tertarik dengan profil-profil Mahasiswa kami. Berharap satu, dua ataupun tiga Mahasiswa untuk gabung di sekolahnya. Untuk apa jauh-jauh sebrangi lautan hanya untuk mendapatkan satu atau dua guru untuk sekolahnya. Kalimantan sangatlah luas, Pula Jawa hanya seperdelapannya, untuk mencari seorang Guru, sampai rela ke Pulau Jawa. Kalau kita menelisik lebih dalam, ada apakah gerangan? Apakah stok Guru di Kalimantan sudah habis, ataukah sentralisasi “Jawa” sudah sedemikian kuatnya? Pertanyaan-pertanyaan itu terus saja terngiang-ngiang.
“kami hanya butuh seorang guru, bukan tukang durian” kalimat itu yang membuat siapapun yang mendengarnya akan tersinggung, nada sinis begitu saja keluar, namun kalimat itu sarat makna, menjadi seorang guru, tidak seperti seorang penjual durian. Menjadi guru dituntut untuk tidak berorientasi pada material, menjadi guru dituntut berpikir fokus kepada siswanya, buka pada honor yang didapatkan tiap bulannya, menjadi guru harus paham posisinya di masyarakat, menjadi teladan yang tidak berorientasi pada kemewahan. Namun siapa yang akan menanggung kesejahteraannya? Pemerintah berusaha menjawabnya dengan sistem sertifikasi guru. Sekali lagi kita melihat, benarkah dengan adanya sertifikasi membuat benar-benar menjadi seorang guru. Akankah sertifikasi manjadi ajang kesejahteraan, profesional atau hanya sebagai tuntutan.
Terlepas dari apapun yang dilakukan pemerintah, fungsi guru begitu kompleks; hanya seorang serba bisa dan multitasking yang bisa menjai guru. Guru adalah pakar psikologi; dimana dia dituntut memahami psikologis siswa didiknya, bahkan harus berurusan dengan psikologi orangtuanya. Guru adalah administrator yang hebat; dimana dia dituntut mebuat segala administrasi yang bahkan mungkin tidak dipelajari di jurusa administrasi. Guru adalah manager yang mumpuni; dia dituntut memanage kelas dengan baik, dengan segala siswa yang heterogen. Guru adalah organisator profesional; dimana dia dituntut untuk membuat perencanaan, organisasi kegiatan pembelajaran, hingga monitoring dan evaluasi. Guru adalah artis yang dielu-elukan; dimana dia dituntut berperan saat pembelajaran agar siswanya mengerti. Guru adalah arsitektur yang kokoh; dimana dia dituntut mendesain pembelajaran hingga membangun karakter siswanya. Guru adalah orangtua non-biologis; dimana tanggungjawab mungkin saja lebih besar dari tanggungjawab orangtua kandung siswa diluar nafkah yang diberikan orangtua. Lalu berapa rupiahkah yang harus kita bayar dengan segala profesi yang melekat pada seorang guru? “Rasa-rasanya, seratus jutapun tidak cukup untuk membayarnya” begitu kata tamu kami sebelum meninggalkan ruang kelas.
Oleh : Cicih Kurniasih (Spv. Kurikulu
SUMBER : Sekolah Guru Indonesia

BERBEDA OUTING DAN OUTBOND

Pada umumnya setiap orang menganggap bahwa permainan/kegiatan dengan tujuan penyegaran yang lakukan diluar ruangan itu disebut outbound, sebenarnya itu beda antara Outbound dan outing. lebih jelasnya kita bahas satu persatu dahulu.

Outbound


Pengertian outbound sebenarnya adalah setiap permainan/kegiatan yang dapat memberi perubahan karakter menjadi lebih baik/positif. misalnya untuk meningkatkan kualitas kerja karyawan, pabrik atau instansi melaksanakan
outbound untuk karyawanya dengan tujuan untuk meningkatkan daya kreatifitas, jiwa kepemimpinan, kerjasama tim, ketelitian, kedisiplinan dan lain-lain. Sekarang banyak penyedia layanan/operator outbound.


Pada pelaksanaan
outbound games harus ada nilai utama (main set) yang harus dicapai misalnya karyawan pabrik tidak tetip waktu , maka goalnya outbound ini pada Kedisiplinan dan nilai yang lainya sebagai nilai pendukung dan harus relevan (saling berkaitan).


Outing


Pengertian outing hampir sama dengan
outbound games, namun pada intinya adalah untuk penyegaran ayau refreshing, tanpa ada maksud untuk merubah karakter. 100% rekreasi.

Pelaksanaan

Pelaksanaan
outbound game dan outing itu sama apaun jenis permainanya bagaimanapun cara melakukanya, hanya yang membedakan adalah pada setting utama (main set)-nya. Lokasi outbound biasanya disetting semaksimal mungkin sesuai dengan tujuan kegiatan.


Jenis permainan


Permainan dalam
Outbound game atau outing di bagi dalam beberapa jenis, antara lain:


1. Game strategy


2. Game brain


3. Fun game


4. Ice breaking

http://www.picasion.com/
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template | PKS PIYUNGAN
Copyright © 2011. SDIT BINAUL UMMAH - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger